Minggu, 20 Januari 2008

RUSUH LAGI…..RUSUH LAGI………….


Bukan rahasia lagi kalau di Indonesia, sepakbola adalah olahraga paling populer dan bisa jadi merupakan hiburan rakyat di tengah himpitan beban hidup yang semakin berat menghimpit.

Kompetisi sepakbola di Indonesia pun sudah lama ada. Bahkan pada dekade 60-70an Indonesia di kenal sebagai salah satu macan Asia. Kompetisi di Indonesia juga beragam mulai dari kompetisi perserikatan, kemudian era Galatama, Liga Indonesia (yang merupakan gabungan dari klub-klub Perserikatan dan Galatama) dan mulai tahun 2008, ada kompetisi Liga Super.

Lebih dari satu dekade pelaksanaan Liga Indonesia, selalu saja menghadapi masalah yang sama dari tahun ke tahun, yaitu masalah dana, kepemimpinan wasit dan kerusuhan antar suporter.

Sebenarnya kerusuhan tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir di semua liga di dunia pasti pernah terjadi kerusuhan, Seperti di Liga Seri – A Italia, atau Holiganisme yang sering dilakukan suporter Inggris.

Kerusuhan yang terjadi di babak 8 besar di Stadion Brawijaya Kediri seolah menambah panjang daftar kerusuhan di kompetisi Liga Indonesia. Kerusuhan yang terjadi tersebut di akibatkan karena ketidak-puasan salah satu kelompok supporter terhadap kepemimipinan wasit.

Selain karena masalah wasit, kerusuhan antar supporter juga diakibatkan oleh fanatisme sempit dan priomordialisme yang berlebihan. Seperti halnya dengan klub-klub luar negeri, gengsi serta rivalitas antar klub lokal selalu menarik untuk disimak. ”Perang” idealisme antar suporter seolah terjadi. Mereka seolah tidak mau kalah antara satu sama lain. Merasa lebih dan yang terjadi adalah saling ejek seolah menjadi hal yang biasa di antara suporter-suporter yang ada.

Mungkin seperti sebuah kata bijak ”lidah lebih tajam dari sebilah pedang”. Kerusuhan ini juga sering kali disebabkan oleh adanya provokator. Provokator sering membuat provokasi, baik secara lansung maupun melalui tulisan-tulisan yang mendeskriditkan atau menjelek-jelekkan salah satu pihak sehingga sering memancing emosi.

Memang sepakbola mampu menciptakan euforia tersendiri bagi para penikmatnya ketika klub yang di bela mampu mencetak Gol dan meraih kemenangan. Namun, ketika klub yang di bela kalah maka subjektifitas sering kali lebih berperan dan mereka akan bertindak sebagai eksekutor seolah mereka-lah yang menentukan hasilnya.

Di Indonesia, Sebenarnya sudah banyak cara dilakukan untuk mengatasi kerusuhan antar suporter yang terjadi. Diantaranya, sering kali diadakannya konggres antar suporter. Cara ini patut mendapat acungan jempol. Meski, hal ini sering kali kurang efektif karena umumnya ini hanya sebatas seremonial antar pimpinan kelompok suporter. Sementara, sering kali kurang sosialisasi pada suporter ”akar rumput”. Meski demikian silaturahmi dan dialog antar kelompok suporter memang perlu sering dilakukan.

Fanatisme berlebihan untuk menunjukkan eksistensi suatu kelompok suporter dapat ditunjukkan dengan hal-hal positif. Misalnya dengan menjadikannya sebagai kelompok suporter atraktif yang menghibur di stadion atau dengan kegiatan-kegiatan sosial, seperti pemberian bantuan (bakti sosial) ke korban bencana atau kegiatan lain seperti sunat massal, penanaman pohon secara bersama, dll. Tentu saja ini akan lebih bermanfaat tidak hanya pada suporter yang bersangkutan namun, juga memberikan efek dan manfaat langsung bagi masyarkat.

Tanpa mengecilkan arti dari kita semua, hal itu juga perlu di dukung oleh kesadaran untuk memperbaiki habit dan attutude menunjukkan culture dari bangsa timur yang senantiasa menjaga kerukunan dan kedamaian. Wujudkan dan ciptakan suporter damai. Dan kita pasti akan senang bila stadion menjadi tempat wisata untuk melepas penat yang nyaman dan aman.

Dan tentu saja, untuk membangun sebuah kompetisi yang bermutu baik memerlukan kerja keras dan kerjasama semua pihak. Tidak hanya dari pengurus PSSI namun juga perlu didukung semua pihak, baik sponsor, klub, suporter dan masyarakat pada umumnya.

Mari wujudkan Kompetisi bermutu, Suporter damai, menuju Tim Nasional Berkualitas.

Anarkhi bukan Solusi

Awas jadi Kriminal!!!!!

Let’s Kick Provokator Out Of Football……!!!!!!

Jumat, 21 Desember 2007

keep jogja clean....!!!!

Tentang si Kulit Bundar

Apa sih yang bikin sepakbola jadi olahraga popular? Padahal mainnya aja pada sikut-sikutan, bahkan kadang sampai berantem. Apa sih rahasianya?

Usut punya usut, ternyata faktor kesenangan tadi ada pada si kulit bundar alias bola yang di sepak-sepak itu. Walau kadang kita sendiri sering nggak nyadar betapa pentingnya peran si bola tadi demi mencapai kesenangan.

Ide permainan bola muncul dari tingkah anak-anak menendang-nendang sebuah benda yang nggak jelas bentuknya tapi sangat menggembirakan mereka. Dasar orang bule bawaannya pada kreatif, tingkah anak-anak tadi langsung dijadikan permainan baru. Persoalannya, bentuk seperti apakah supaya barang itu mudah dimainkan?

Hampir berabad-abad lamanya sudah ada permainan yang mirip dengan bola. Obyek incarannya adalah benda seperti dan sebesar kepala manusia. Kalau me-refer cerita sejarah penaklukan dunia oleh bangsa viking, Kepala musuh dari daerah yang ditaklukan mereka penggal kemudian ditendang-tendang seperti bola.

Akhirnya ketemu juga bentuk idealnya: bulat sempurna berdiameter nggak lebih dari 28 inchi atau kira-kira seukuran kepala manusia. Bentuk itu dianggap pas untuk kebutuhan permainan yang dinamis – selalu bergerak, daya pantul sempurna, dan gampang ditendang di seluruh permukaannya.

Bentuk ketemu, tinggal cari bahannya. Bola pada jaman baheula dibuat dari kulit babi dengan bulu unggas sebagai pelapisnya. Seiring perkembangan teknologi, bahannya di-standard-kan : memakai bahan karet dan lapisan luarnya memakai kulit. Satu lagi syarat mutlaknya, harus waterproof atau anti air. Lapisan terluar bola nggak boleh menyerap air bila dimainkan di lapangan becek.

Kebayang nggak kalau main bola pas hujan tiba-tiba kita berasa kayak nendang batu, sebabnya apalagi kalau bukan bolanya sudah kepenuhan air.

Setelah beberapa tahap tadi terpenuhi, jadilah sekarang bola sebagai obyek sempurna untuk dimainkan. Tanpa benda ini kita tidak akan mengenal seniman-senima sepakbola. Orang-orang seperti Pele, Maradona, Cruyff, Zidane dan banyak lainnya mungkin akan jadi orang biasa di dunia mereka yang biasa-biasa saja.

Tapi mereka telah menjadi selebritis berkat sebuah benda bernama bola. Sebuah benda dengan bentuk sempurna yang dimainkan pada permainan yang sempurna.


Sumber : Tabloid HaiSoccer Edisi 07 / tahun I Sabtu, 22 Juli 2000


Jumat, 14 Desember 2007

arti hidup

Segala keberhasilan berasal dari kerja keras.
kegagalan masa lalu merupakan pelajaran berharga.
Jadikan masa lalu sebagai pijakan untuk melangkah lebih pasti.